Sabtu, 22 Maret 2014

Qunut Subuh

Fatwa oleh : Prof. Dr. Ali Gomah
Pertanyaan : Hukum Qunut Dalam Shalat Subuh
Jawaban : Masalah qunut dalam shalat subuh termasuk masalah fiqhiyyah far’iyyah yang tak sepantasnya menyebabkan kaum muslim terpecah belah dan saling bermusuhan. Mengenai penjelasan dari masalah ini, para pakar hukum Islam telah berbeda pendapat; ulama Syafi’iyyah dan Malikiyyah mengklaim kesunnahannya, sedang ulama Hanafiyyah serta Hanabilah berpendapat tidak ada qunut dalam shalat subuh.

Imam an-Nawawi berkata, “Ketahuilah bahwa qunut itu -menurut kami- disyariatkan dalam shalat subuh, dan hukumnya sunnah muakkadah, hal itu berdasarkan hadits yang diriwayatakan oleh Anas bin Malik Ra, “Rasulullah tak henti-hentinya melakukan qunut di dalam shalat fajr (subuh) sampai beliau meninggalkan dunia.” (Musnad Imam Ahmad, Vol. III, Hal. 162)
Para ulama berkata, “Jika seseorang meninggalkannya maka shalatnya tidak batal, hanya saja dianjurkan untuk melakukan sujud sahwi, baik meninggalkannya secara sengaja ataupun tidak.”
Qunut dilakukan setelah berdiri dari ruku’ pada rakaat kedua shalat subuh. Apabila seseorang melakukan qunut sebelum ruku’, maka qunutnya tersebut tidak dianggap menurut pendapat yang ashah, dan sebaiknya dia mengulangi kembali qunutnya setelah melakukan ruku’, kemudian melakukan sujud sahwi.”
Banyak pendapat dan praktek yang dinukil dari beberapa sahabat dan tabi’in mengenai hukum qunut. Diantaranya pendapat Ali bin ziyad yang mengatakan wajibnya qunut dalam shalat shubuh, sehingga orang yang tidak mengerjakan akan berakibat fasadnya shalat. Qunut boleh dilakukan sebelum atau sesudah ruku’ pada rakaat kedua, namun sunnah yang lebih afdal, qunut dilaksanakan sebelum ruku’ dan setelah membaca surat, tanpa adanya takbir sebelumnya. Sebab hal ini bisa memberi kesempatan kepada makmum masbuq, dan supaya tidak memisahkan antara qunut dengan dua rukun shalat, serta seperti itulah yang dilakukan oleh Umar Ra dengan disaksikan oleh para sahabat.
Abdul Wahab al-Bagdadi berkata, “Diriwayatkan dari Abi Raja’ al-‘Atharidy, beliau berkata, “Pada mulanya qunut dilaksanakan setelah ruku’, kemudian Umar merubahnya menjadi sebelum ruku’, agar seorang makmum bisa menyusul. Diriwayatkan pula bahwa kaum Muhajirin dan Anshar memintanya kepada Utsman, kemudian Utsman menjadikannya sebelum ruku’, karena di situ terdapat faidah yang tak bisa didapat jika qunut dilaksanakan setelah ruku’, yaitu semakin lamanya berdiri, sehingga makmum yang telat bisa menyusul, dan juga dikarenakan qunut membuat berdiri semakin lama, sedang sebelum ruku’ lebih pantas untuk lebih lama, apalagi dalam shalat subuh.”
Dalam masalah qunut pendapat asy-Syafi’iyyah lebih unggul, disebabkan dalil-dalinya yang kuat, seperti dibawah ini :
  1. Riwayat Abu Hurairah Ra, beliau berkata, “Rasulullah ketika mengangkat kepalanya dari ruku’ dalam shalat subuh pada rakaat kedua, beliau berdoa dengan doa اللهم اهدني فيمن هديت ...... الخ
lalu Imam al-Baihaqi menambahinya dengan فلك الحمد على ما قضيت, juga ditambah oleh Imam ath-Thabrany dengan ولا يعز من عاديت . (HR. Hakim dalam al-Mustadrak, Vol. 4, Hal. 298)
  1. Hadits riwayat Anas bin Malik yang telah disebutkan sebelumnya, “Tak henti-hentinya Rasulullah melakukan qunut dalam shalat subuh sampai beliau meninggalkan dunia.” (HR. Ahmad dalam Musnad-nya, Vol. 3, Hal. 162)
Anas bin Malik pun pernah ditanya, “Apakah Rasulullah melaksanakan qunut dalam shalat subuh?” Beliau menjawab, “Iya.” Kemudian ditanya kembali, “Sebelum ruku’ atau sesudahnya?” “Setelah ruku',” jawab beliau. (HR. Muslim, Vol. 1, Hal. 386)
  1. Diriwayatkan dari Abu Hurairah Ra, beliau berkata, “Demi Allah, saya adalah orang yang paling mirip shalatnya dengan Rasulullah Saw.,” Abu Hurairah melakukan qunut pada rakaat terakhir dalam shalat subuh setelah beliau mengucapkan سمع الله لمن حمده kemudian mendoakan orang-orang mukmin dan melaknat orang-orang kafir. (HR. al-Baihaqi dalam as-Sunan al-Kubra, Vol. 1, Hal. 277)
  2. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, beliau berkata, “Rasulullah mengajarkan kepada kita sebuah doa yang kita baca dalam qunut shalat subuh :
اللهم اهدنا فيمن هديت وعافنا فيمن عافيت وتولنا فيمن توليت وبارك لنا فيما أعطيت وقنا شر ما قضيت إنك تقضي ولا يقضى عليك إنه لا يذل من واليت تباركت ربنا وتعاليت.
  1. Dalam suatu hadits disebutkan, “Ketika Rasulullah mengangkat kepalanya dari ruku’ pada rakaat kedua dalam shalat subuh, beliau mengangkat kedua tangannya dan berdoa dengan doa berikut : اللهم اهدني فيمن هديت.” Dalam riwayat lain disebutkan, “Ketika Rasulullah mengangkat kepalanya dari ruku’ di rakaat akhir dalam shalat subuh, beliau melakukan qunut.” (HR. al-Baihaqi dalam as-Sunan al-Kubra, Vol. 1, Hal. 210)


Mengenai lafaz qunut, yang menjadi pilihan adalah apa yang telah diriwayatkan oleh al-Hasan bin Ali Ra., beliau berkata, “Rasulullah mengajarkanku beberapa kalimat yang aku ucapkan dalam shalat witir,
اللهم اهدني فيمن هديت وعافني فيمن عافيت وتولني فيمن توليت وبارك لي فيما أعطيت وقني شر ما قضيت فإنك تقضي ولا يقضى عليك وإنه لا يذل من واليت تباركت ربنا وتعاليت.
Para ulama menambahkan ولا يعز من عاديت sebelum تباركت ربنا وتعاليت,
dan setelahnya فلك الحمد على ماقضيت أستغفرك وأتوب إليك.
Imam an-Nawawi di dalam kitab ar-Raudhah berkata, “Ashabuna mengatakan, “Tak masalah dengan tambahan seperti ini.” Abu hamid, al-Bandanijy dan lainnya mengatakan, “Itu disunnahkan.” (Dinukil oleh ar-Ramli dalam Nihayat al-Muhtaj, Vol. 1, Hal. 503)
Setelah selesai doa ini juga disunnahkan untuk mengucapkan,
اللهم صل على محمد وعلى آل محمد وسلم
Ini menurut pendapat yang shahih dan masyhur.
Disunnahkan juga qunut dengan lafaz berikut,
اللهم إنا نستعينك ونستغفرك ونؤمن بك ونتوكل عليك ونخضع لك ونخلع ونترك من يكفرك اللهم إياك نعبد ولك نصلي ونسجد وإليك نسعى ونحفد ونرجو رحمتك ونخاف عذابك إن عذابك الجد بالكفار ملحق.
Dari uraian di atas, bisa kita lihat keunggulan madzhab Syafi’i, yang mengatakan bahwa qunut dalam shalat subuh adalah sunnah. Disunnahkan bagi orang yang meninggalkannya untuk bersujud sahwi sebagai pengganti. Namun, meninggalkannya tidak berakibat shalatnya fasad (batal). Wallahu A’lam.


Sumber : al-Bayan al-Qawim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar